Thursday, November 6, 2014

Pertanyaan Seputar Malaikat

Posted on 2:31 AM by Unknown

Ada yg bertanya, malaikat itu laki-laki atau perempuan?????",,, ayooo siapa yg bisa jawab? Termasuk iman kepada malaikat loh....
--------
Ada yang menjawab: "Bukan laki2 dan bukan perempuan, soalnya malaikat ga punya hawa nafsu." kata seorang ikhwan.
-------
Berikut penjabarannya :

Ada beberapa nash dalam Al-Qur'an yg berkaitan dalam permasalahan ini, yaitu :

"Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yg mereka sukai (yaitu anak laki-laki)" (Qs. An-Nahl : 57).

"Maka apakah patut Robb memilihkan bagimu anak laki-laki sedang Dia sendiri mengambil anak perempuan di antara para malaikat? Sesungguhnya kamu benar2 mengucapkan kata-kata yg besar (dosanya)" (Qs. Al-Israa : 40)

"Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang kafir Mekah): "Apakah untuk Robbmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki, atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan (nya)? Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dgn kebohongannya benar-benar mengatakan: "Allah beranak". Dan sesungguhnya mereka benar2 orang yg berdusta. Apakah Allah memilih (mengutamakan) anak-anak perempuan daripada anak laki-laki?" (Qs. Ash-Shaaffat : 149-153)

"Dan mereka menjadikan malaikat yg mereka itu adalah hamba Allah Yg Maha Pemurah sebagai orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban" (Qs. Az-Zukhruf : 19)

"Sesungguhnya orang yg tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan. Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran" (Qs. An-Najm : 27-28)

Sebagian ulama mengambil mafhum mukhalafah dari ayat-ayat di atas dan menyatakan bahwa malaikat adalah Laki-Laki

Sebagian ulama mengambil mafhum mukhalafah dari ayat-ayat di atas dan menyatakan bahwa malaikat adalah laki-laki diantaranya adalah Ibnu Baz ulama arab saudi, ulama tafsir Ath-Thabariy, Al-Qurthubiy rahimakumullah ketika memberikan penjelasan QS. Ar-Ra'd ayat 11 berkata :

قوله تعالى: "له معقبات" أي لله ملائكة يتعاقبون بالليل والنهار؛ فإذا صعدت ملائكة الليل أعقبتها ملائكة النهار. وقال: "معقبات" والملائكة ذكران لأنه جمع معقبة

"Firman-Nya,"Baginya ada mu'aqqibaat (QS. Ar-Ra'd : 13), yaitu Allah mempunyai malaikat yg silih berganti mengawasi (manusia) sepanjang malam dan siang. Apabila malaikat malam naik, akan diganti oleh malaikat siang. Dan Allah berfirman : ‘mu’aqqibaat’. Malaikat adalah laki-laki karena kata mu'aqqibaat merupakan bentuk jama dari kata mu'aqqibah" (Tafsiir Al-Qurthubiy, 9/291).

Karena beralasan bahwa selama Nabi menerima wahyu tidak pernah malaikat menampakkan sebagai perempuan, dan dalam beberapa riwayat kitab asbabun nuzul ayat tafsir tersebut pun tidak pernah ditemukan malaikat menunjukan perempuan, akan tetapi, sebagian ulama lain mengkritik.

Ternyata ketika di telusuri pendalilan dgn ayat di atas Mafhum mukhalafah tidak bisa diterapkan, karena malaikat termasuk makhluk ghaib yg tidak disifati melainkan dengan dalil. Menerapkan mafhum mukhalafah (yaitu pengertian yg berbeda dari ucapan dari ketetapan) adanya pengqiyasan (penggambaran) malaikat dengan manusia (yg terbagi menjadi jenis laki-laki dan perempuan) adalah keliru. Padahal, banyak dalil yg menyebutkan adanya perbedaan antara malaikat dan manusia. 

Oleh karena itu, sebagian ulama lainnya berpendapat tidak diperbolehkan mensifati malaikat dengan laki-laki atau perempuan, karena tidak ada dalil shahih dan shariih (jelas) menjelaskan permasalahan tersebut.

"Tidak (boleh) mensifati mereka (malaikat) dengan laki-laki dan perempuan...." (‘Aalamul-Malaaikah Al-Abraar, hal. 13)

"Dan mereka (malaikat) adalah makhluk yg dekat kepada Allah dan dimuliakan, tidak disifati dengan laki-laki dan perempuan. Tidak pula menikah dan berketurunan..." (Al-Wajiiz fii ‘Aqiidatis-Salafish-Shaalih)

Pendapat yg seperti ini lebih kuat, wallaahu a'lam... Karna hal ini tidak terdapat keberlebihan dan tidak mengurangi timbangan syar'i tentang sesuati yg ghoib dalam memberikan pendapat dalam Aqidah islam yg bersifat ghoib ya... Dan ini pendapat yg bijak menurut bashiroh (pandangan) kami.

Melanjutkan apa yg kita bahas kemarin tentang malaikat, ada yg bertanya: Apa maksud makna dua ayat berikut, "Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya" (Qs. Qaaf : 16)

“Dan Kami lebih dekat dengannya daripada kamu” (Qs. Al-Waqi’ah : 85).

Apakah ini menunjukkan bahwa Allah memang dekat dan “menyatu” dengan diri kita...? atau ALLAH LEBIH DEKAT DARIPADA URAT LEHER ??
Makna kedekatan dalam dua ayat di atas tidaklah bermakna bahwa Allah menyatu dengan hambanya (Al-Hulul/Wahdatul-Wujud). Ini adalah aqidah yang keliru. Makna kedekatan dalam dua ayat tersebut adalah kedekatan malaikat terhadap manusia. Perinciannya sebagai berikut :

A. Pada ayat pertama (QS. Qaaf : 16), sifat "dekat" dibatasi pengertiannya dengan penunjukkan ayat tersebut. Selengkapnya, ayat di atas berbunyi :"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya; (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan (seseorang) melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir" (Qs. Al-Qaaf: 16-18).

 Firman Allah (idza yatalaqul mutalaqiyaani), "(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya" ; adalah dalil yang menunjukkan bahwa yang dimaksud oleh ayat di atas adalah dekatnya dua malaikat yang mencatat amal.

B. Pada ayat kedua (QS. Al-Waqi’ah : 85), kata "dekat" di situ berkaitan dengan keadaan seseorang yang sakaratul-maut. Padahal yang hadir dalam sakaratul-maut adalah para malaikat berdasarkan firman Allah, "sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, malaikat-malaikat Kami akan mewafatkannya, dan malaikat-malaikat Kami itu tidakakan melalikan kewajibannya" (QS. Al-An’am : 61).

Sehingga kedekatan yang dimaksud adalah kedekatan malaikat maut yang diutus Allah untuk mencabut nyawa seorang hamba. Kalau yg dimaksud malaikat lalu bagaimana yg di maksud dengan bersemanyam? bukankah bersemanyam itu bertempat ?

Jadi sebelum 'Arsy di ciptakan, Allah bersemanyam di mana?
Allah berada di atas langit dan bersemayam (istiwa’) di atas ‘Arsy, sebagaimana firman-Nya :“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di LANGIT kalau Dia hendak menjungkir-balikkan bumi beserta kamu sekalian, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang” (Qs. Al-Mulk : 16)

"Ar-Rahman (Allah) beristiwaa’ di atas ‘Arsy” (QS. Thaha : 5).

menyikapi yg sebelumnya ditanyakan. Semoga Allah memberikan kita taufiq-Nya. sebelumnya kami sedikit memperjelaskan maksud Imam Malik ketika beliau mengatakan al-istiwa itu ma`lum (diketahui) yaitu diketahui oleh orang Arab dan difahami maknanya. Kemudian kalau kita mengistbatkan istiwa Allah di atas arsy-Nya mereka mengatakan jadi Allah itu berbentuk jism (berjasad), atau Allah itu beruang (memiliki ruang), ataupun bertempat? Kita bisa menjawab hal tersebut dengan beberapa jawaban berikut ini:

1. Kita menjawab dalam bentuk global yg bisa digunakan untuk semua sifat2 yang lain: Allah swt yang mengabarkan kepada kita kalau Dia bersemayam diatas 'Arsy-Nya, tinggi diatas semua makhluk-Nya, yang dituntut dari kita mempercayai segala apa yg Allah kabarkan, dan beriman dengan apa yg Ia sampaikan, tanpa mempertanyakan hal-hal lainnya yang tidak pernah disebutkan oleh Allah dalam kitab-Nya atau melalui lisan Rasul-Nya, dan ini tentunya lebih selamat untuk diri kita, ajaran islam dan aqidah kita insya Allah, dalam Al-Qur'an dan Sunnah tidak pernah disebutkan Allah itu memiliki jasad, terbatas dll, maka lebih baik kita tidak mempertanyakannya.

2. Kalau berkenan kita bisa menjawab juga soal tadi dengan sedikit lebih terperinci, kita mengatakan: kalau yg dimaksud dengan jism (berjasad) tersebut bahwa Allah memiliki dzat yg berdiri sendiri, dan tidak butuh terhadap makhluk sama sekali, maka kita mengatakan itu yang kita yakini, akan tetapi kami tidak pernah menamakan dengan nama jasad, karena lafadz jasad tdk pernah terdapat dalam kitab dan sunnah, tapi kalau yang di maksud dengan jasad tersebut jasad yang memiliki organ yg satu organ dengan lainnya itu saling membutuhkan, maka kami menafikan (meniadakan) yang demikian itu, dan hal ini tidak mengharuskan kami menafikan sifat maha tinggi untuk Allah, adapun pernyataan yg mengatakan: kalau Allah bersemayam di atas arsy berarti Allah berbentuk seperti jasad, ini hanya disebabkan oleh bentuk pentasybihan (menyerupakan) antara Allah dengan makhluk.

3. kalau kita katakan Allah itu bersemayam maka mengharuskan kita untuk mengatakan Allah berada pada satu arah tertentu, maka kita bisa menjawabnya dnegan mengatakan: lafadz arah untuk Allah itu tidak terdapat dalam kitab dan sunnah, karena yg terdapat dalam wahyu cuma Allah itu tinggi diatas semua makhluk-Nya. Dan itu yang sesuai dengan sifat Allah dan diterima oleh akal yang sehat, tidak ada arah yang paling cocok untuk Allah melainkan diatas semua makhluknya.

4. Jika kita istbatkan sifat bersemayam maka Allah itu terbatas, maka kita mengatakan: tidak ada dalam al-Qur`an dan Sunnah kalau Allah itu terbatas (ada batasannya), maka lebih dijelaskan lagi apa maksud terbatas atau Allah punya batas tersebut ? 

Kalau yang dimaksudkan dengan batas tersebut adalah Allah tidak diliputi oleh makhluknya, terpisah dan tidak bersatu dengan makhluknya, maka kita mengatakan itu betul, dan itu yang kita yakini, tapi kalau mengatakan yg dimaksud dengan batasn tadi adalah Allah tidak terpisah dgn makhluk, Dia tidak didalam alam dan tidak diluarnya, maka pernyataan ini kita nafikan dan kita ingkari, bahkan kita beranggapan perkataan yg seperti ini akan membawa kita menafikan wujud Allah, maka kita nafikan, pernah Abdullah bin Mubarak ditanyakan, bagaimana engkau mengenal tuhanmu ? Beliau menjawab: Dia bersemayam diatas arsyNya, terpisah dari makhluk2Nya, beliau kemudian ditanyakan: terbatas ?, beliau menjawab: terbatas, dengan batasan yang hanya Dialah yang tau, dan tidak ada seorangpun makhlukNya yang bisa meliputi keilmuannya tentang hal tersebut. 

Allahuwalyyuttaufiq.

No Response to "Pertanyaan Seputar Malaikat"

Leave A Reply