Monday, November 3, 2014
Peristiwa Yang Mengajarkan Kegagahan dan Kemuliaan
Posted on 2:53 AM by Unknown
Assalamu'alaikum eReader's,
Artikel perdana ini akan di isi oleh tulisan
As-Syaikh Al-Mujahid As-Syahid DR. Abdullah Azzam. Seorang ulama yang berjuang
di jalan Allah di Bumi Jihad Afghanistan. Mari sama-sama kita ambil & serap ilmunya,
praktekkan dan sebarkan kepada kaum muslimin yang belum mengetahui.
Oleh Syaikh Abdullah Azzam:
Sebelum berjihad kamu harus membekali diri dengan dua sifat:
lemah lembut terhadap orang-orang mukmin dan keras terhadap orang-orang kafir.
Oleh karena jihad membutuhkan kekerasan dan kekuatan, berlaku keras dalam
membela Dien dan merasa gagah karena Allah merupakan sifat perwira, dan dalam
waktu yang sama bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin.
Keadaan kita sekarang ini justru sebaliknya.
Penguasa-penguasa thaghut (yang mengaku muslim) di negeri kita malah berlaku
lemah lembut kepada orang-orang kafir dan bersikap keras terhadap orang-orang
mukmin. Demikian pula yang diperbuat oleh sesama orang mukmin dan sesama orang
Islam. Orang Islam berlaku keras terhadap saudaranya sesama Islam, dan
sebaliknya bersikap ramah kepada orang-orang kafir…mengucapkan salam seraya
membungkukkan badan, menundukkan kepala atau mengangguk-angguk di
hadapannya…Engkau mulia wahai orang Islam! Jangan berlaku demikian kepada orang
kafir!
Ustadz Muhammad Abdurrahman Khalifah, pimpinan sebuah
Harakah Islamiyah di Yordania –semoga Allah membalasnya dengan kebaikan. Pernah
suatu kali beliau berhadapan dengan Raja Abdullah di Masjid Al Husaini, yang
menjadi salah satu pemimpin saat jatuhnya wilayah Lydda dan Ramla tahun 1948 ke
tangan Yahudi. Waktu kejadian itu beliau masih sangat muda usianya, sekitar 22
atau 23 tahun. Itu merupakan peristiwa besar dalam permulaan hidupnya, akan
tetapi beliau sudah belajar tentang arti kemuliaan dari Sang Hakim ketika masih
duduk di bangku Sekolah Dasar.
Suatu ketika Imam Masjid memberikan ceramah dan memberikan
alasan untuk pembenaran atas penyerahan wilayah Lydda dan Ramla serta jatuhnya
Palestina ke tangan Yahudi. Mendengar ceramah Imam, beliau tak dapat menahan
diri, lantas keluarlah beliau dari barisan jama’ah Shalat dan segera mengambil
alih mikrofon; lalu beliau berkata dengan lantang: “Cukup sudah bagimu makan
potongan roti dari mereka (penguasa), mestinya tuan mengatakan kepada orang itu
–seraya menunjuk kepada Raja Abdullah–: “Bagaimana Tuan bisa menyerahkan
wilayah Lydda dan Ramla ke tangan Yahudi?”, (sedangkan) anda adalah pewaris
para Nabi…!”.
Maka mulailah beliau berceramah yang kontan membuat gusar
Raja Abdullah, yang segera bangkit dari duduknya dan berteriak: “Hai
orang-orang! Lelaki ini adalah seorang munafik yang hendak memfitnah antaraku
dengan kalian”, lalu keluar dari masjid karena khawatir terhadap keselamatan
dirinya, sedangkan Ustadz Muhammad tetap berceramah. Kemudian datanglah Kepala
Polisi Ibukota mendekati Ustadz Muhammad dan menaruh tangan di pundak beliau
seraya berkata: “Demi Allah, hei Abu Majid (panggilan Ustadz Muhammad), aku
mendapat perintah, jika sampai terjadi sesuatu, maka kami akan memuntahkan
peluru di masjid ini”. Ketika Kepala Polisi tersebut menaruh tangannya di pundak
Abu Majid, kebetulan seorang penjual daging yang rumahnya berdampingan dengan
masjid berada di dekatnya, maka dia berkata dengan nada mengancam kepada Kepala
Polisi: “Demi Allah, kalau sampai kamu menyentuhnya, aku benar-benar akan
memenggal kepalamu, maka jangan kamu mencela dirimu sendiri”. Dan memang,
penjual daging itu benar-benar mengancam Kepala Polisi tersebut.
Abu Majid berkata: “Dengarlah, sekarang bawa saja aku ke
istana dan serahkan pada tuanmu, untuk menghindari terjadinya pembantaian di sini”.
Kepala Polisi itu berkata: “Aku berjanji, tak akan ada
seorangpun yang akan menyakitimu”.
Abu Majid menimpali: “Demi Allah, jika sampai ada yang
menyakitiku, maka dunia akan bergoyang dan tidak akan tinggal diam”.
Lalu Kepala Polisi itu membawa beliau dengan mobil ke
istana. Sesampainya di pintu istana beliau berkata; “Turunkan aku di sisi, aku
tidak mau masuk menemui raja”. Setelah Kepala Polisi melapor kepada Raja bahwa
Abu Majid tidak mau masuk menemuinya, maka Raja keluar ke balkon istana dan melongok
ke halaman bawah seraya berkata: “Bahkan sampai di istanapun engkau tidak mau
masuk, hei munafik! Allah akan membinasakanku kalau sampai aku tidak
membunuhmu!”. Lalu pelayan istana buru-buru membawakan kursi untuk Raja, maka
Abu Majid berkata kepada Raja: “Orang-orang munafik itu justru ada di
sekelilingmu”.
Saat itu bulan Ramadhan, tanpa disangka-sangka saudaranya
–seorang Kepala Wilayah Salath– datang menyerahkan uang 100 Dinar – 1 Dinar
nilainya setara dengan satu orang manusia pada saat itu—seraya berkata: “Hei
Abu Majid, jangan engkau merasa sedih…!”. Namun Abu Majid menolak pemberian itu
dan hanya meminta dibawakan makanan untuk buka puasa untuk dirinya dan 13 orang
sipir penjara yang menjaganya. Maka pergilah saudaranya membeli makanan; waktu
itu tidak ada warung makan kecuali di dekat Masjid Al Husaini yang letaknya
cukup jauh dari istana sedang untuk ke sana tidak ada mobil tumpangan.
Sesampainya di sebuah warung makan, dia membeli makanan yang diperlukan dan
ketika pemilik warung tahu bahwa makanan itu untuk Ustadz Muhammad maka dia
tidak mau dibayar dan orang banyak berebut untuk mengantarkan makanan tersebut
kepada Abu Majid.
Singkatnya Ustadz Muhammad diajatuhi hukuman pengasingan ke
Shahrawi. Dalam perjalanan ke tempat pengasingan, beliau meminta berhenti di
suatu pasar untuk membeli baju tidur dan ketika pemilik toko tahu bahwa yang
membeli dagangannya adalah Ustadz Muhammad, diapun tidak mau dibayar.
Dua hari penuh Raja memendam kemarahan, darahnya menggelegak
dan hampir-hampir biji matanya keluar lantaran marah. Para pelayan dan
orang-orang di sekelilingnya hanya tertunduk diam, seolah-olah di atas kepala
mereka bertengger seekor burung. Raja terus berpikir dan merenung, akhirnya dia
berkata kepada para pembantunya: “Dia itu seorang pemuda yang sangat menaruh
kepedulian terhadap kemaslahatan negerinya, dia telah berbicara menumpahkan
perasaan hatinya. Padahal sepatutnya ucapan itu aku dengar dari kalian”. Lalu
salah seorang pembantunya berkata: “Demi Allah wahai Yang Mulia Raja, saya mengenal
pemuda tersebut, karena saya pernah bekerja bersamanya di jawatan pengadilan;
dia orang yang terhormat dan bersih…”. Raja berkata kepadanya: “Pergilah dan
temui dia, kalau dia mau meminta maaf, aku akan membebaskannya!”. Maka pergilah
utusan Raja menemui Ustadz Muhammad di tempat pembuangannya untuk menyampaikan
perintah Raja. Mendengar tawaran Raja, beliau menolak seraya berkata: “Demi
Allah, aku tidak akan meminta maaf!”. Maka beliaupun tetap berada dalam penjara
sampai beberapa waktu.
Demikianlah, jihad membutuhkan kegagahan, kekerasan sikap
dan sekaligus kelemahlembutan. Bersikap keras terhadap orang kafir dan
lemah-lembut kepada orang mukmin. Ibadah jihad adalah ibadah jama’i, engkau
tidak dapat berjihad sendirian, harus bersama sekelompok manusia dan hidup
(berinteraksi) bersama mereka; sekelompok manusia yang berbeda-beda kebiasaan,
watak, cara makan, cara tidur dan sebagainya…Kamu harus bisa menutup mata,
menutup telinga dan menutup mulut terhadap sesuatu yang kamu tidak suka atasnya
dan tidak mencari-cari aib dan tidak melihat kepada saudaramu kecuali hal-hal
yang baik-baik saja. Jika tidak begitu, maka kamu tidak akan sanggup
melanjutkan jihad.
Inilah jihad! Kamu harus dapat menggabungkan keempat sifat
itu menjadi satu sehingga kamu menjadi seorang mujahid, yaitu:
1.
Berlaku lemah-lembut kepada orang-orang mukmin
2.
Bersikap keras terhadap orang-orang kafir
3.
Tidak takut celaan orang yang mencela
4.
Di jalan Allah.
Ini adalah karunia Allah, dan jihad adalah karunia dari
Allah (Itulah karunia Allah, diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya).
Dia memilih sekelompok manusia untuk Dia bebankan kepada
mereka tugas membawa risalah-Nya dan untuk menyebarkan Dien-Nya dengan
pengorbanan darah mereka, (dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui).
(Sumber: Tarbiyah Jihadiyah)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No Response to "Peristiwa Yang Mengajarkan Kegagahan dan Kemuliaan"
Leave A Reply